Rabu, 02 Juli 2014

Kisah Sedih Wanita China Yang Dipaksa Melakukan Aborsi



Sky NewsLiu Xinwen (33) tengah mengandung enam bulan saat diseret petugas pemerintah dan dipaksa menggugurkan janin putra keduanya itu.



BEIJING, KOMPAS.com — Demi membatasi pertumbuhan penduduknya, China menerapkan kebijakan satu anak untuk tiap keluarga. Sayangnya, kebijakan ini kerap berujung pada penindasan dan pemaksaan aborsi.

Salah satu kasus itu menimpa Zhou Guoqiang dan istrinya, Liu Xinwen, warga kota Weifang, Provinsi Shandong, China.

Liu Xinwen (33) mengisahkan pada Jumat pekan lalu, sekitar pukul 04.00 pagi, sebanyak 20 petugas Komisi Keluarga Berencana Provinsi Shandong memaksa masuk ke kediaman perempuan itu.

Petugas mendobrak pintu rumah keluarga tersebut. Selanjutnya petugas memegangi Zhou Guoqiang sementara petugas lainnya menarik Liu Xinwen yang sedang hamil enam bulan, dari ranjangnya.

Liu kemudian dibawa ke rumah sakit pemerintah di distrik Fangzi, kota Weifang. Di rumah sakit itu Liu disuntik menggunakan obat yang biasa digunakan untuk menggugurkan kandungan.

Bayi Liu, yang kemudian diketahui berjenis kelamin laki-laki, meninggal dunia di dalam kandungan ibunya. Dibutuhkan satu hari lagi untuk mengeluarkan janin yang sudah tak bernyawa itu dari kandungan Liu.

Sementara itu, petugas membawa Zhou ke tempat lain yang tidak diketahui saat istrinya digelandang ke rumah sakit. Butuh waktu lima jam bagi Zhou untuk menemukan istrinya. Namun, saat dia menemukan sang istri, suntikan penggugur kandungan sudah diberikan.

Sky News berhasil bertemu dengan keluarga Zhou di rumah mereka yang sederhana di sebuah desa di provinsi Shandong. Di kediamannya, Liu masih tergolek lemah di tempat tidur, sambil sesekali terisak mengingat peristiwa menyakitkan itu.

"Saya merindukannya," kata Liu merujuk kepada bayinya yang digugurkan.

"Saya bahkan tak sempat melihatnya. Saya mungkin akan lebih sedih jika sempat melihat dia," tambah Liu.

Suasana semakin sedih ketika Liu sambil terisak meminta maaf kepada anaknya yang sudah tiada.

"Nak, maafkan ibu. Kami tak bermaksud jahat. Semoga kau tenang di surga. Kami akan selalu mendoakanmu. Kami berharap kehidupanmu selanjutnya akan lebih baik," kata Liu dalam doanya.

Ambisi pejabat

Kebijakan satu anak ini diterapkan untuk mengendalikan populasi China. Dengan undang-undang ini maka pasangan suami istri dilarang memiliki lebih dari satu anak, kecuali di beberapa provinsi.

Pelanggar kebijakan ini seharusnya hanya dikenai hukuman denda dan bukan pemaksaan aborsi. Namun, di beberapa provinsi, sejumlah pejabat berusaha keras mengendalikan populasi daerahnya sehingga melakukan kejahatan seperti ini.

"Mereka tak memliki perikemanusiaan. Mereka bukan manusia," ujar Liu Xinwen.

"Mereka juga punya anak dan orangtua. Namun, mereka tak punya hati nurani. Seperti inilah China sekarang ini," tambah dia.

Sementara itu, Zhou Guoqiang menunjukkan foto-foto yang sempat diambilnya di rumah sakit, termasuk janin putranya yang ditaruh di sebuah ember di dekat ranjang istrinya.

"Janinnya sudah berbentuk. Dia sudah memiliki hidung, telinga, mulut," kata Zhou.

"Anak ini seharusnya hidup jika tidak dibunuh. Ini semua karena kekejaman mereka," katanya geram.

Zhou tak kuasa menahan tangis ketika mengingat saat-saat dia tiba di rumah sakit. Itu hanya beberapa menit setelah suntikan aborsi diberikan kepada istrinya.

"Saya bertanya kepadanya apakah dia sudah disuntik. Dia menjawab sudah. Saya tanya lagi apakah bayinya bergerak. Dia berkata tidak," ujar Zhou.

Setelah itu, Zhou meninggalkan kamar rumah sakit itu dan menangis.

"Saya tak ingin dia melihat saya menangis. Saya menangis hanya sebentar karena saya harus kembali untuk menenangkannya. Dia sangat sedih, dia terus-menerus menangis," kata Zhou.

Pasangan Zhou dan Liu Xinwen sudah memiliki seorang putra bernama Zhou Junfeng yang kini berusia 10 tahun.

Sebenarnya setelah kelahiran Zhou Junfeng, Liu menjalani prosedur pengobatan untuk mencegahnya mengandung anak kedua.

Namun, sesuai undang-undang, mereka memiliki hak melaporkan kehamilan kedua kepada pemerintah dan membayar denda atas pelanggaran itu. Zhou dan Liu memilih untuk melapor dan membayar denda. Namun, pilihan itu justru berujung pada aborsi paksa.

2 komentar:

  1. Join yuk di KENARI POKER.
    Tunggu Apalagi Segera Daftar dan Depositkan Segera Di KENARIPOKER .COM
    - Minimal Deposit 15.000
    - Bonus New Member 20.000
    - Bonus Next Deposit 20%

    Contact Person :
    WA : +855 7863 3569

    BalasHapus
  2. Join yuk di KENARI POKER.
    Tunggu Apalagi Segera Daftar dan Depositkan Segera Di KENARIPOKER .COM
    - Minimal Deposit 15.000
    - Bonus New Member 20.000
    - Bonus Next Deposit 20%

    Contact Person :
    WA : +855 7863 3569

    BalasHapus

Tinggalkan Komentar ❤ :